Pages

Wednesday, March 19, 2014

Literasi Informasi di Perguruan Tinggi



The more I learn, the more I realize I don’t know

– Albert Einstein
Ungkapan Albert Einstein tersebut tidak berarti bahwa kita tidak perlu belajar atau mempelajari sesuatu. Sebaliknya, dengan belajar atau mempelajar i suatu hal membuat kita sadar bahwa masih banyak yang tidak kita ketahui. Mempelajari sesuatu membawa kita kepada hal lain yang berkaitan maupun yang tidak berkaitan. Hal ini membuat kita tidak akan berhenti belajar. Mengetahui sesuatu membuka jalan kepada hal lain yang untuk ketahui dan begitu seterusnya. Suatu siklus belajar yang tak ada henti.


Siklus belajar tak ada henti ini dapat terjadi jika ada titik permulaan yang membawa ke tahap berikutnya. Titik permulaan dapat dimulai jika ada kemampuan untuk memulai. Kemampuan untuk menjalani siklus belajar yang tak ada henti adalah literasi informasi. Literasi informasi adalah knowing when and why you need information, where to find it , and how to evaluate, use and communicate it in an ethical manner (CILIP). Dengan demikian orang yang memiliki kemampuan literasi informasi mengetahui kapan dan mengapa membutuhkan informasi, lalu tahu bagaimana dan dimana mendapatkan informasi tersebut, mampu mengevaluasi apakah informasi yang didapatkan tepat, dan akhirnya dapat menggunakan dan mempresentasikan dengan benar. Kegiatan-kegiatan tersebut selalu terjadi di dunia pendidikan pada tingkat manapun, dasar, menengah hingga tinggi. Di luar dunia pendidikan kegiatan-kegiatan seperti mendapatkan informasi dan menyajik an informasi adalah kegiatan sehari-hari dalam pekerjaan apapun. Jika demikian, kemampuan melakuka n kegiatan-kegiatan tersebut sudah selayaknya dimiliki oleh siapapun.

Di dunia perguruan tinggi, ada tiga dharma yang men dasari kegiatan-kegiatan perguruan tinggi: proses belajar mengajar, penelitian dan pengabdian masyarakat. Tiga dharma ini dilakukan oleh mahasiswa dan dosen. Mereka melakukan ketiga dharma tersebut pada tingkat dan kepentingan yang berbeda, namun demikian kemampuan yang mendukung mereka untuk melakukan kegiatan –kegiatan tersebut sama, hanya sekali lagi, pada tingkat yang berbeda.

Proses belajar mengajar adalah kegiatan yang membutuhkan identifikasi kebutuhan, mendapatkan informasi pendukung, membangun suatu informasi baru lalu disajikan kepada audiens yang dituju. Dosen melakukannya dalam mempersiapkan bahan ajar bagi matakuliah yang diampu, sementara mahasiswa melakukannya saat mengerjakan tugas kuliah berupa karya tulis, laporan pengamatan, laporan kegiatan atau menyajikan ide/temuan di lapangan.

Penelitian bagi dosen dan mahasiswa adalah rangkaian kegiatan yang memiliki tantangan besar. Dengan bobot dan kepentingan yang berbeda, mereka sama-sama memulai dari suatu permasalahan yang tepat, sumber informasi yang beragam dalam asal dan bentuk, harus mampu evaluasi dan analisis data atau informasi, menyusun temuan dan hasil analisis dalam karya tulis dan kemudian menyajikannya kepada audiens atau komunitas yang dituju.

Pengabdian masyarakat mungkin terlihat berbeda dari kedua kegiatan sebelumnya. Namun demikian kemampuan menentukan kebutuhan dan menganalisis data guna menentukan bentuk pengabdian memerlukan informasi. Informasi tentang situasi masyarakat, penyandang dana dan tentang kebutuhan masyarakat menjadi penentu tepat tidaknya suatu program pengabdian masyarakat, apapun bentuknya.

Karena informasi menjadi materi utama dalam ketiga kegiatan dharma tadi, maka kemampuan yang berkaitan dengan informasi menjadi kebutuhan. Masalahnya, mahasiswa dan dosen ternyata tidak selamanya memiliki kemampuan yang dibutuhkan pada tingkat kapasitas mereka. Sementara perpustakaan perguruan tinggi pada umumnya membekali mahasiswa dengan literasi yang berkaitan dengan kegiatan perpustakaan yaitu cara mengakses koleksi perpustakaan. Peningkatan layanan biasanya lebih tertuju pada fasilitas: komputer atau lab komputer, koneksi Internet nirkabel, jenis koleksi dan sistem informasi perpustakaan. Dengan fasilitas IT tersebut, kemampuan yang menjadi 3 sorotan adalah literasi komputer. Mahasiswa diarahkan memiliki kemampuan mengoperasikan komputer, sehingga paling tidak, masalah penggunaan OPAC terselesaikan. Jadi beberapa ketrampilan yang biasanya diajarkan perpustakaan adalah :
1.      orientasi perpustakaan: cara menggunakan koleksi dan memanfaatkan layanan perpustakaan
2.      pengoperasian komputer dan Internet
3.      pencarian artikel pada online database yang dilanggan
4.      pemanfaatan layanan online kampus: email, forum mahasiswa, file transfer, e-class dan sebagainya.

Semua ketrampilan tersebut adalah penting, dan ketrampilan tersebut merupakan sebagian dari literasi informasi. Ini artinya yang selama ini disajikan perpustakaan belumlah lengkap tetapi baru sebagian saja dari ketrampilan yang perlu dimiliki oleh mahasiswa dan juga mungkin dosen. Mungkin selama ini kita menyadari ada ketrampilan atau kemampuan yang perlu dimiliki oleh para mahasiswa untuk dapat belajar secara mandiri, tapi tidak menyadari bahwa ketrampilan yang kita sajikan belum mencukupi bagi mereka untuk dapat belajar secara mandiri.

Bagi kita yang terlibat dalam proses belajar mengajar, sering mendapati kesulitan mahasiswa dalam:
1.      memahami tugas yang diberikan sehingga apa yang dikerjakan tidak sesuai dengan yang tugas yang diberikan
2.      menemukan ide untuk paper dalam topik tertentu atau ide penelitian untuk skripsi atau thesis mereka
3.      mendapatkan sumber informasi, sehingga sumber informasi kurang bervariasi dan cenderung menggunakan sumber atau format yang sama
4.      menentukan pustaka yang tepat, sehingga enggan membaca karena berpikir bahwa buku-buku yang dipilih sebagai sumber informasi harus dibaca habis
5.      mengutip sebuah sumber yang berhak cipta secara langsung maupun dengan membuat parafrase untuk menghindari plagiarisme
6.      membuat kalimat yang beralur dari paragraf ke paragraf
7.      mempresentasikan karyanya sehingga menghasilkan presentasi yang monoton, kurang informatif dan kurang tepat untuk audiens yang dituju
8.      mempelajari hal baru dengan cara yang aktif dan kreatif.

Sementara itu, tidak jarang kita dapati beberapa dosen mengajar dengan bahan yang sama dari tahun ke tahun karena kurangnya pengetahuan dalam mendapatkan bahan ajar yang bervariasi. Di lain pihak ada dosen yang sangat bergantung pada sumber di Internet tanpa menguji lebih dulu sumber yang diperoleh. Masalah-masalah ini dapat teratasi jika kemampuan literasi informasi menjadi suatu kemampuan yang diharuskan di perguruan tinggi. Karena itu pemberdayaan mahasiswa dan dosenuntuk memiliki literasi informasi harus dimulai.

Memulakan suatu yang baru di manapun tidak selalu mudah. Dalam hal literasi informasi, lembaga-lembaga yang berkaitan dengan perpustakaan seperti ACRL (Association of College and Research Libraries), CILIP (Chartered Institute of Library and Information Professionals), dan SCONUL (Society of College, National and University Libraries) memberi perhatian khusus pada literasi informasi di perguruan tinggi. Bahkan literasi informasi sudah seharusnya disinergikan dengan kurikulum. Memasukkan literasi informasi ke dalam kurikulum adalah salah satu impian perpustakaan-perpustakaan di segala tempat yang peduli pada literasi informasi. Kenyataannya tidak semua pimpinan perguruan tinggi menyadari pentingnya literasi informasi, atau menganggap kemampuan itu dapat dengan mudah diperoleh sejalan dengan proses belajar mengajar di perguruantinggi.

Keadaan itu seharusnya menjadi suatu tantangan bagi perpustakaan untuk membuktikan bahwa literasi informasi adalah suatu kemampuan yang harus dimiliki semua orang. Untuk itu, perpustakaan perlu memulai pemberdayaan ini dengan mengembangkan pemberdayaan yang telah dilakukan selama ini dengan memanfaatkan fasilitas apapun yang tersedia 4 Cara pemberdayaan dapat dilakukan dengan berbagai cara bergantung pada fasilitas yang dimiliki perpustakaan :
1.      tanpa koneksi Internet
a.      tanpa lab komputer di perpustakaan
Mengajarkan tahapan dari suatu model literasi informasi dengan didukung oleh sumber informasi tercetak yang beragam. Mengajarkan cara membaca secara efektif, menulis dengan benar sesuai dengan aturan, mengutip, menggunakan sumber informasi tercetak. Modul-modul literasi dalam bentuk sederhana dan menarik dapat dibuat dalam bentuk tercetak: buku saku atau poster-poster menarik.
b.      dengan lab komputer di perpustakaan
Menelusuri bersama tahap-tahap suatu model literasi informasi dengan didukung ketrampilan menggunakan komputer dan mengajarkan cara menyusun karya tulis atau produk informasi dengan menggunakan perangkat lunak komputer yang sesuai. Modul-modul literasi informasi dapat disediakan dalam bentuk CD atau tersedia dalam bentuk file atau aplikasi komputer. Modul-modul itu dapat diakses di komputer di perpustakaanuntuk digunakan mahasiswa kapanpun mereka ingin akses di lab komputer perpustakaan.
2.      dengan koneksi Internet
a.      tanpa lab komputer di perpustakaan
Tahap-tahap dari suatu model literasi diajarkan melalui situs perpustakaan yang dapat diakses dimanapun oleh mahasiswa. Kelas literasi informasi dapat diadakan berkala di lab komputer perguruan tinggi dengan mengajarkan tahap-tahap model literasi informasi yang didukung beragam format sumber informasi.
b.      dengan lab komputer di perpustakaan
Situasi ini paling ideal karena kelas-kelas literasi informasi dapat diadakan secara rutin oleh dan di perpustakaan. Selain itu modul-modul literasi informasi dapat disajikan di situs perpustakaan yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun termasuk di lab komputer perpustakaan. Dengan adanya lab komputer di perpustakaan pendampingan oleh pekerja informasi dapat dilakukan saat dibutuhkan.

Pada beberapa perpustakaan, bukan fasilitas yang jadi halangan, tetapi sumber daya manusia di perpustkaan. Di saat fasilitas tersedia, pekerja informasi justru tidak mengimbanginya dengan kemampuan memberdayakan pengguna perpustakaan. Sekalipun ini tantangan yang besar, ini bukan menjadi alasan untuk memberdayakan pengguna perpustakaan dengan kemampuan literasi informasi.

Pemberdayaan pertama justru ditujukan untuk pekerja informasi di perpustakaan. Pemberdayaan secara internal dan terus menerus adalah salah satu cara yang murah dan mudah untuk dilakukan. Jika fasilitas memadai sehingga sumber informasi tentang literasi informasi dapat diperoleh secara mudah, maka dengan berbekal semangat belajar bersama dapat menghasilkan kemampuan literasi informasi yang layak untuk dibagikan. Fasilitas memadai disini adalah tersedianya koneksi Internet yang lancar, pustaka tentang literasi informasi dan nara sumber lokal yang dapat menjadi pelatih bagi yang lain. Jika ternyata fasilitas tersebut tidak tersedia, maka belajar nara sumber lain seperti dalam pelatihan bersama atau belajar secara mandiri dari sumber pustaka pun akan menjadi awal yang baik.

Dapat memanfaatkan apa yang ada untuk memberdayakan pengguna dengan literasi informasi adalah upaya yang harus diperjuangkan. Upaya ini pertama kali justru membuat pekerja informasi memiliki kemampuan belajar secara mandiri dan ini akan mengarahkan pekerja informasi untuk mengembangkan layanan perpustakaan atau mengadakan perbaikan dalam perpustakaan dalam hal manajemen, sumber daya manusia, prosedur, dan pengelolaan koleksi.

Mempelajari sesuatu membuat kita ingin mempelajari hal lain. Pengetahuan baru membawa kita kepada pengetahuan yang lain sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki, dan tidak pernah berhenti bertambah. Seperti apa yang dikatakan oleh Albert Einstein di atas.

Bacaan pendukung :
A short introduction to information literacy. Chartered Institute of Library and Information Science(CILIP). Online di : http://www.cilip.org.uk/policyadvocacy/informationliteracy/definition/introduction.htm.
Tgl akses20/04/2008.

Hancock, Vikki E.Information Literacy for Lifelong Learning. 05-1993. ERIC Digest. ED358870. ERIC Clearinghouse on Information and Technology SyracuseNY. Online di
http://www.ericdigests.org/.  Tgl akses 7/05/2008.

Kasowitz-Scheer, Abby - Pasqualoni, Michael. Information Literacy Instruction in Higher

Education: Trends and Issues. 06-2002. ERIC Digest. ED465375. ERIC Clearinghouse on Information and Technology Syracuse NY. Online di http://www.ericdigests.org/ . Tgl akses 7/05/2008

Plotnick, Eric. Information Literacy. 02-1999. ERIC Digest. ED427777. ERIC Clearinghouse on Information and Technology Syracuse NY. Online di http://www.ericdigests.org/ . Tgl akses 7/05/2008


Makalah disampaikan pada Pelatihan Penyusunan Modul Literasi Informasi di Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta 12-13 Mei 2008.

No comments: