Perpustakaan dan Keistimewaan Yogyakarta
Keistimewaan Yogyakarta menjadi pusat perhatian pemerintah provinsi . Berbagai usaha dilakukan untuk dapat mempertahankan, memperkuat dan memelihara keistimewaan Yogyakarta. Usaha itu dilakukan oleh berbagai pihak dan termasuk di dalamnya adalah perpustakaan.Keistimewaan Yogyakarta menjadi pembicaraan utama Dewan Perpustakaan DIY dan Gubernur DIY pada 22 Juli 2013. Pembicaraan Dewan Perpustakaan DIY dan Gubernur DIY menggarisbawahi perpustakaan DIY sebagai pusat budaya Yogyakarta. Salah satu usaha untuk menekankan perpustakaan DIY sebagai pusat budaya Yogyakarta adalah menjadikan koleksi-koleksi budaya di Perpustakaan Kraton, Perpustakaan Museum Sonobudoyo, Perpustakaan Paku Alaman, Perpustakaan Taman Siswa dan Koleksi-koleksi KH Ahmad Dahlan sebagai koleksi keistimewaan Yogyakarta yang patut untuk dilestarikan dan diperkenalkan secara luas kepada masyarakat.
Pelestarian ini tidak terbatas pada 6 perpustakaan tersebut, tetapi juga dimaksudkan untuk melestarikan budaya Yogyakarta dalam bentuk apapun dan yang berasal dari berbagai sumber di Yogyakarta. Untuk itu masukan dari masyarakat yang diwakili oleh berbagai lembaga, pusat budaya dan pendidikan serta segala jenis perpustakaan diundang untuk hadir pada Seminar Pembangunan Rancang Bangun Perpustakaan sebagai Pusat Budaya untuk memberi masukan dan menjajaki kemungkinan berpartispasi dalam upaya pelestarian dan penyebaran ini.
Berkaitan dengan penyebaran koleksi budaya kepada masyarakat luas, Tim Dewan Perpustakaan DIY dalam paparan ini menyajikan alternatif aplikasi teknologi informasi berupa aplikasi WIKI yang bersifat open source. Paparan ini akan membahas peluang dan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dari sisi penyedia koleksi budaya dalam memanfaatkan aplikasi WIKI.
Kemasan Sumber Informasi dalam Bentuk Digital
Fungsi perpustakaan yang paling dirasakan oleh pengguna atau masyarakat adalah perpustakaan sebagai sumber informasi. Sekalipun perpustakaan sering dianggap bukan sumber informasi yang sepopuler Google, si mesin pencari, tetapi pengguna memandang perpustakaan sebagai sumber informasi. Sementara perpustakaan sebenarnya memiliki beberapa fungsi seperti yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional dalam buku pedomannya tentang perpustakaan. Perpustakaan melaksanakan fungsi edukasi ,sebagai sumber informasi, penunjang riset, tempat rekreasi, publikasi deposit dan interpretasi informasi. Fungsi edukasi dilaksanakan dengan mendidik pengguna dalam pemanfaatan informasi. Perpustakaan sebagai sumber informasi berarti menyediakan informasi sesuai kebutuhan pengguna. Perpustakaan sebagai penunjang riset menyajikan berbagi informasi yang berhubungan dengan riset yang akan atau sudah dilakukan, sehingga informasi yang diperoleh dari perpustakaan dapat mencegah terjadinya duplikasi penelitian. Perpustakaan sebagai fungsi rekreasi dengan menyediakan koleksi yang menghibur/menyenangkan pembaca. Informasi yang berkaitan dengan kesenangan seperti bacaan humor dan hobby. Perpustakaan sebagai fungsi publikasi berarti menyebarkan berbagai informasi yang berhubungan dengan segala yang dimiliki perpustakaan kepada para pengguna maupun khalayak yang lebih luas. Fungsi Deposit perpustakaan adalah perpustakaan sebagai tempat menyimpan informasi yang telah dikemas dalam berbagi kemasan (DEPDIKNAS, 2004).Salah satu fungsi yang disebutkan adalah fungsi publikasi atau menyebarkan berbagai informasi. Informasi atau sumber informasi yang dimiliki perpustakaan perlu untuk diketahui oleh pengguna agar dapat dimanfaatkan. Dalam penyebaran koleksi budaya, sumber informasi budaya yang tersedia di perpustakaan atau di masyarakat sekitar perpustakaan dapat dikemas dalam bentuk tertentu yang mudah digunakan oleh pengguna perpustakaan. Kemasan ulang tersebut dapat berupa hasil pengamatan, hasil ringkasan dari sumber informasi atau hasil kajian dalam bentuk tertulis atau kombinasi dengan tampilan visual serta multimedia.
Dengan bantuan teknologi informasi, pengemasan informasi dapat dilakukan dengan relatif mudah dan penyebarannya pun lebih luas dan cepat. Kemasan informasi dalam bentuk digital dapat berupa dokumen elektronik, video , audio atau multimedia (gabungan format tampilan visual , teks dan/atau video serta audio). Kumpulan kemasan informasi digital ini kemudian menjadi koleksi digital. Apabila koleksi ini dikembangkan dan dipelihara lalu diadakan layanan untuk mengakses koleksi digital ini maka ini yang disebut perpustakaan digital, atau digital library. Seperti halnya definisi digital library dari Cornell University, “digital Library : An informal definition of a digital library is a managed collection of information, with associated services, where the information is stored in digital formats and accessible over a network. A key part of this definition is that the information is managed” (Arms, 2002).
Perpustakaan Digital dalam Pelestarian Budaya
Perpustakaan digital merupakan kumpulan koleksi digital yang memiliki tujuan tertentu, terpelihara, dapat diakses secara luas dan mudah, dan tersedia layanan yang terus-menerus. Untuk menghasilkan layanan ini beberapa hal menjadi faktor penentu seperti yang disampaikan oleh Ahmad Djunaedi dalam Seminar Pembangunan Rancang Bangun Perpustakaan sebagai Pusat Budaya, yaitu :- Pustakawan, SDM yang menguasai teknologi informasi,
Kolaborasi antar perpustakaan untuk menyediakan layanan bersama tak terbatasi oleh waktu dan tempa - Bila koleksi tersimpan di server maka dalam satu saat yang sama, banyak pengguna dapat mengakses bersamaan.
- Duplikasi yang mudah dan murah.
Karena semua perpustakaan berada dalam jabaran fungsi yang sama, apapun jenis perpustakaannya, maka usaha untuk mengemas dan menyebarkan sumber informasi budaya juga menjadi bagian dari fungsi penyebaran. Perpustakaan semua jenis berada dalam komunitas atau melayani masyarakat tertentu. Masyarakat tertentu dalam hal ini berkaitan dengan daerah atau jenis pengguna. Perpustakaan umum di desa melayani masyarakat desa sekitar. Perpustakaan umum kota melayani masyarakat di sekitarnya di kota itu. Perpustakaan sekolah melayani para murid dan guru di sekolah tersebut. Demikian juga perpustakaan universitas, melayan sivitas akademiknya. Apabila setiap perpustakaan menemukan atau memiliki sumber informasi budaya Yogyakarta baik berasal dari sekitarnya atau dari institusi induknya, maka perpustakaan tersebut dalam posisi sebagai pengemas sumber informasi budaya tersebut dan menyebarkannya. Penyebaran kepada komunitas penggunanya maupun kepada masyarakat luas dalam bentuk digital.
Apabila setiap perpustakaan memiliki koleksi digital budaya Yogyakarta yang dapat diakses umum, maka koleksi-koleksi tersebut dapat disatukan dengan bantuan teknologi informasi untuk dapat diakses dari “satu tempat”, sekalipun koleksi tersebut milik perpustakan masing-masing. Format digital memudahkan adanya duplikasi dan publikasi. Dengan demikian koleksi-koleksi yang disatukan pada “satu tempat” itu menjadi perpustakaan digital hasil kolaborasi perpustakaan-perpustakaan.
WIKI : Alternatif “Satu Tempat” untuk Semua Koleksi
Salah satu alternatif untuk menempatkan koleksi-koleksi digital dari berbagai perpustakaan dalam “satu tempat” adalah aplikasi wiki. Aplikasi wiki yang dimaksud ini adalah seperti aplikasi wiki yang dimanfaatkan untuk membangun ensiklopedia online yang terkenal yaitu Wikipedia. Aplikasi ini berlisensi open source sehingga tidak menimbulkan masalah hak cipta pada pihak manapun. Kemampuannya untuk dikembangkan dan digunakan dengan modifikasi sesuai kebutuhan membuatnya memungkinkan sebagai “satu tempat” di mana semua koleksi ditempatkan.Kemudahan wiki dinyatakan dalam definisinya sebagai pangkalan data yang paling mudah dan dapat bekerja dengan baik : “ the simplest online database that could possibly work” (Leuf & Cunningham, 2002). Sebagai gambaran umum wiki bertindak sebagai server yang memungkinkan pengguna membuat dan mengubah isi halaman web dengan aplikasi browser apapun. Selain itu Wiki juga memungkinkan beberapa pengguna dapat menambahkan isi pada halaman web (Leuf & Cunningham, 2002). Penambahan halaman web dengan gambar, atau tautan ke audio atau video sangat dimungkinkan sehingga kemasan sumber informasi budaya dapat dalam berbagai bentuk.
Penggunaan wiki akan menekan biaya pengembangan perangkat lunak, sehingga fokus pada pembangunan kumpulan koleksi digital budaya Yogyakarta ditujukan pada pengemasan sumber informasi. Pengemasan sumber informasi berarti pada sumber daya manusia yaitu pustakawan dan infrastruktur pendukung pengemasan.
PenutupPemanfaatan Wiki untuk menyebarkan sumber informasi budaya dalam bentuk digital diharapkan dapat memperjelas posisi perpustakaan sebagai pusat budaya. Ketersediaan sumber informasi Yogyakarta dalam bentuk digital dan tersedia online akan mempromosikan Yogyakarta kepada masyarakat luas. Pengenalan masyarakat Yogyakarta terhadap budaya dan nilai-nilai luhur Yogyakarta diharapkan akan meningkat dengan pemanfaatan wiki. Selain itu, sumber informasi tersebut akan menjadi pendukung pembelajaran, dan penelitian karena dikemas dan disediakan oleh perpustakaan, sebagai lembaga yang dipercaya sebagai penyedia informasi yang berkualitas.
Referensi
Arms, W. (2002, December). Digital Libraries. Dipetik 11 11, 2013, dari Computing and Information Science Cornell University: http://www.cs.cornell.edu/wya/diglib/ms1999/Chapter1.htmlDEPDIKNAS. (2004). Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jakarta: DEPDIKNAS.
Djunaedi, A. (2013, 11 15). Rancang Bangun Perpustakaan Digital ditinja daru Pelayanan Perpustakaan Digital Berjejaring. Seminar Pembangunan Rancang Bangun Perpustakaan DIY . Yogyakarta, DIY: Seminar Pembangunan Rancang Bangun Perpustakaan DIY.
Leuf, B., & Cunningham, W. (2002, June 27). What Is Wiki. Dipetik 11 11, 2013, dari WIKI: http://wiki.org/wiki.cgi?WhatIsWiki
Suwito, Y. S. (2013, 11 15). Rancang Bangun Perpustakaan ditinjau dari Budaya Jogja. Seminar Rancang Bangun Perpustakaan DIY . Yogyakarta, DIY: Seminar Pembangunan Rancang Bangun Perpustakaan DIY.
Disusun untuk Focus Group Discussion Rancang Bangun Perpustakaan sebagai Pusat Budaya
Inna Garuda Hotel Yogyakarta, 15 November 2013
No comments:
Post a Comment