Pages

Friday, December 26, 2008

Facebook : Fenomena berbagi, berekspresi dan bertemu

Lama tidak menulis di blog ini karena banyak alasan. Selain karena kesibukan di perpustakaan yang sedang morat-marit dengan agenda tata-ulang, mengajar dan konsultasi membutuhkan waktu dan tenaga yang besar.  Di sela-sela kesibukan tersebut, relaksasi baru diperkenalkan oleh mahasiswa, yaitu FACEBOOK. Aplikasi berjejaring sosial di Internet ini ternyata punya magnet yang berbeda. Sekalipun awalnya ragu karena sudah punya akun di Friendster dan tak menikmatinya, akhirnya membuat juga akun di FACEBOOK. Memang ternyata rasanya beda. Dari segi penampilan, FACEBOOK terkesan bersih dan rapi.  Sekalipun sponsor masih ada, tapi diberi tempat di samping sehingga tidak mengurangi keleluasaan pemilik akun untuk beraktifitas di halamannya. 

Tersedianya berbagi aplikasi menarik membuat para pemilik akun dapat beraktifitas baik secara mandiri maupun bersama dengan rekan-rekannya. Untuk bagian aplikasi ini, saya termasuk old fashion, yang memilih dengan hati-hati dan tidak gampang tertarik untuk hal-hal yang disarankan oleh rekan-rekan. 
Menambah jumlah teman, merupakan target awal. Hal ini sangat mudah karena bagi seorang dosen gaul seperti saya [Narsis MODE ON], satu mahasiswa tahu, maka yang lain akan seperti kesetrum untuk minta saya masukkan mereka dalam daftar teman di akun saya. Begitulah, jumlah teman makin banyak.  Tidak puas dengan hanya daftar teman berisi mahasiswa, saya mulai mencari teman-teman sekolah S2, dan ternyata saya mendapatkan 1 dari mereka. Teman lain yang saya kenal dari kelompok Bible Study group Gereja tempat saya beribadah di River Forest pun ditemukan di FACEBOOK. Wah senangnya. Tambah lagi ketika menemukan teman sesama orang asing dari Thailand dan teman lama dari Canada yang dulu, lebih dari 10 tahun yang lalu, pernah 1 th tinggal di Yogyakarta juga ditemukan di FACEBOOK. Wuih, berwarnalah daftar teman di akun. 

Ketika masih terkesima dengan hasil temuan itu, seseorang menemukan saya di FACEBOOK sebagai orang yang sama-sama tinggal di Sungai-Gerong di tahun 80an. Teman main sepatu roda itu tak mengenali saya dari nama lengkap, karena dia hanya mengenal nama kecildi saya.Tidak hanya sampai di situ, ditemukannya satu orang, menyebabkan pertemuan-pertemuan lain yang terkait dengan orang tersebut. Akhirnya saya bertemu dengan teman masa kecil, teman berangkat sekolah sejak kelas 3 SD sampai 3 SMP /kelas 9. Terharu saya gara-gara teknologi ini.

Sisi personal dari aplikasi ini adalah kebersamaan yang diciptakan melalui komentar-komentar yang dapat disampaikan dalam berbagai cara: komentar pada status, komentar pada dinding akun teman, komentar pada foto yang ditempelkan, komentar pada catatan yang dituliskan. Semua publikasi tersebut terpampang untuk kalangan teman-teman dalam daftar. Ini membuat guyub karena bisa saling beradu komentar pada satu dinding teman beramai-ramai seakan-akan ngobrol. Gila, kadang sampai lupa bahwa itu terjadi di dunia maya, dan yang betul-betul di depan secara fisik adalah komputer, bukan teman itu. 

Kalau sudah begini, yang tadinya hanya untuk relaksasi berubah status menjadi kebutuhan pokok. Akhirnya FACEBOOK jadi aplikasi yang wajib login setiap hari, dimanapun. Update-update status orang, menemukan teman lama, berbagi catatan atau membaca catatan yang lain jadi benar-benar konsumtif waktu dan tenaga, tapi dengan gembira.  Baca puisi teman, jadi ketularan tulis puisi sekalipun asal puisi yang penting dari hati. Sebarkan informasi tentang apa saja yang menarik hati. Lalu akhirnya terpikir juga untuk mengumpulkan opini atau masukan dari orang-orang dalam daftar teman [mahasiswa, alumni, kolega dan teman] tentang suatu  permasalahan. Hasilnya, banyak yang berkomentar dan memberi masukan. Wah, betul-betul otentik hasilnya, karena pemberi pendapat cenderung merasa aman untuk menyatakan pendapatnya melalui aplikasi berjejaring sosial ini. 

Kecenderungan lebih terbuka untuk ekspos diri juga terjadi di Facebook. Pemilik akun dengan mudah mengganti statusnya sesering mungkin sesuai dengan situasinya, perasaannya, atau apapun juga. Lebih dari itu kita bisa promosikan diri melalui, salah satunya, informasi tentang diri sendiri. Hal-hal yang terkait dengan diri dapat dipamerkan pada bagian info diri. Salah satu teman, bahkan mendapatkan proyek dari pertemuan dengan klien di Facebook.Orang-orang lain yang seprofesi dengan kita dapat juga ditemukan dan menjadi peluang untuk berjejaring lebih luas.  Seberapa banyak orang lain tahu tentang diri kita dapat ditentukan sendiri. 

Saya lalu membayangkan [baru sampai tahap membayangkan saja!] jika perpustakaan memiliki satu akun di Facebook, sementara para pengguna [dalam hal ini mahasiswa kalau di dunia perpustakaan akademik] akan berinteraksi dengan perpustakaan [not physically] melalui aplikasi jejaring sosial ini. Wah, dalam bayangan saya ini pasti seru sekali. Banyak hal yang dapat dilakukan melalui aplikasi ini.
  1. semua pengumuman yang berkaitan dengan layanan bisa disampaikan di sini dan komentar, tanggapan dapat langsung diberikan
  2. pertanyaan-pertanyaan referensi dapat dijawab di sini 
  3. segala usulan tentang layanan, koleksi dan pengembangan perpustakaan bisa tumpah ruah di sini
  4. mahasiswapun dapat saling berbagi di sini sehingga transfer pengetahuan terjadi dari banyak pihak
  5. berbagi review buku dan rekomendasi koleksi yang sesuai juga dari banyak pihak
  6. ketidakpuasan terhadap layanan atau prosedur dapat cepat terungkap 
  7. kritik dan saran mudah didapatkan
  8. Ide pengembangan berasal dari sumber yang tak terbatas
Hingar bingar itu akan berpengaruh pada perpustakaan secara fisik. Seperti halnya secara pribadi saya jadi lebih dekat dengan mahasiswa gara-gara Facebook, Perpustakaan akan makin diminati dan dekat dengan penggunanya karena adanya hubungan khusus di dunia maya itu. Dengan demikian perkembangan perpustakaan akan berharmonisasi dengan kebutuhan penggunanya karena komunikasi kebutuhan dan kepentingan dapat dilakukan dengan mudah, tidak ada lagi prosedur untuk mendapatkan itu.

Harga yang harus dibayar untuk kenyamanan ini tentu saja kemampuan staff untuk berinteraksi di dunia maya. Ini bukan sekedar login dan posting, tapi memiliki kemampuan untuk menjawab pertanyaan, mencari jawaban, peka terhadap kemampuan aplikasi untuk mengembangkan layanan di perpustakaan, memanfaatkan fasilitas ini dengan maksimal. Karena urusannya adalah urusan organisasi, maka kebutuhannya akan lebih kompleks dari sekedar kebutuhan pribadi yang berinteraksi dengan orang-orang sesamanya di dunia maya.

Nah, kalau sudah ujung-ujungnya SDM, bisa senut-senut membayangkannya. Untuk menuju ke sana memang tidak hanya sekedar membayangkan, tapi juga harus bisa mewujudkan dengan langkah-langkah yang nyata. 
Sampai saat ini, penggunaan teknologi email  dan chatting untuk berkomunikasi sudah terasa manfaatnya sekali pun belum merata dan maksimal. Perkenalan dengan teknologi informasi di kalangan staff memang perlu waktu dan kegigihan.
 
Hmmm.. apa sudah waktunya mengenalkan Facebook kepada teman-teman di Perpustakaan?

No comments: