Pages

Saturday, September 20, 2008

TTT- UNESCO Port Dickson Malaysia

"Biar di desa, kita bisa ke dunia!"

Kalimat penutup dari iklan Telkom goes to school ini menggelitik. Di satu sisi ini adalah suatu kekaguman karena gerakan tersebut merupakan langkah yang luar biasa, di sisi lain menimbulkan kekuatiran terhadap bagaimana dunia yang masuk desa tersebut dapat membawa perbaikan seperti yang digambarkan dalam iklan itu. Internet seakan jadi pembawa perbaikan padahal teknologi itu tidak menjamin apa-apa, jika pengguna tidak dapat memanfaatkannya dengan benar. Pemanfaatan inilah yang jadi masalah.

Proses mendapatkan manfaat tentu saja memerlukan kemampuan, tidak hanya fasilitas. kemampuan itu tidak dapat datang begitu saja jika tidak ditanamkan dan diusahakan.

Kemampuan yang dimaksud adalah:
1. kemampuan mengetahui apa yang dibutuhkan oleh masyarakat desa
2. kemampuan menemukan cara bagaimana memenuhi kebutuhan itu; ini pasti perlu informasi dan pengetahuan yang tepat
3. kemampuan mendapatkan informasi yang dibutuhkan
4. kemampuan menggunakan informasi; sudah dapat informasi lalu mau diapakan supaya berguna
5. kemampuan menyebarkan, dan menyampaikan informasi sehingga manfaatnya dirasakan

Apakah kira-kira kemampuan-kemampuan itu mudah dimiliki dengan begitu saja? Tidak! Harus ada yang berinisiatif untuk menebarkan kemampuan itu kepada masyarakat desa yang kemasukan INTERNET. Kemampuan-kemampuan itu terbendel dalam satu istilah: LITERASI INFORMASI atau KEBERINFORMASIAN [red: Information literacy]. Di Indonesia, istilah ini belum populer, bahkan jauh dari populer dibandingkan istilah Internet. Sebenarnya
kemampuan inilah yang mampu angkat bangsa ini dari kebodohan dan menghentikan sebutan

NEGARA BERKEMBANG untuk Indonesia. Sayangnya, tidak banyak yang berbuat. Tidak heran jika UNESCO sangat peduli dengan IL [Information Literacy], karena ini dapat membangun manusia. Kepedulian ini diwujudkan dengan mengadakan pelatihan bagi pelatih atau Training the Trainers of Information Literacy. Melatih pelatih agar pelatih ini melatih orang lain yang dapat melatih orang. Pelatihan ini dilakukan beberapa belahan dunia untuk menjangkau sebanyak mungkin pelatih yang akan melatih bangsanya, untuk area asia tenggara diadakan di Malaysia dan diorganisasikan oleh Fakulti Pengurusan Maklumat Universiti Teknologi Mara [Faculty of Information Management, Universiti Teknologi Mara]. Mengambil lokasi yang terpisah dari keramaian Malaysia, di PNB Ilham Resort, tepi pantai dan di kelilingi
oleh hutan lindung jauh dari jalan utama dan kota, di Port Dickson, Negeri Sembilan. Tempat ini tepat untuk acara padat bagi para calon pelatih sejak 08.30 hingga 22.30 setiap hari, 11-14 Agustus 2008.
Para calon pelatih ini datang dari 5 negara di ASEAN : Malaysia [terbanyak], Indonesia[3], Cambodia [1], Thailand[4], Vietnam [2] dan dilatih oleh para professor senior terpilih yang penuh semangat mendampingi, melayani semua pertanyaan dan membantu kebingungan yang ada di kepala para calon pelatih. Empat sesi plenary yang penuh dengan pengetahuan tentang: bagaimana memulai suatu program IL, menjalankan program IL dengan berbagai metode baik secara mandiri maupun tergabung dalam kurikulum atau bahkan matakuliah, mengevaluasi dan membangun silabus untuk menyampaikan program IL kepada target masyarakat tertentu: siswa, mahasiswa, atau komunitas profesi tertentu.

Plenary 1 adalah tentang konsep, relevansi dan pentingnya literasi informasi dan kemampuan belajar seumur hidup, model literasi informasi, program literasi informasi dan standar literasi informasi. Dalam penjelasan awal umum ini, Dr.Mohd. Shariff memberikan pemahaman awal tentang literasi informasi secara lengkap. Ketika bicara literasi informasi, banyak hal yang harus diperhatikan dan salah satu yang terpenting adalah standar. Standar ini membantu penyusun program literasi informasi untuk menentukan metode, model dan tujuan program literasi informasi untuk grup target: siswa, mahasiswa, atau komunitas tertentu. Standar yang dapat dipakai adalah standar yang telah ada seperti standar LI dari SCONUL Inggris dan ACRL Amerika. Dengan berbekal pengetahuan dasar tentang Literasi Informasi (LI), pemahaman selanjutnya yang diberikan kepada para calon pengajar LI adalah MEMBANGUN SILABUS PENGAJARAN LI: Prof. Norma Abu Seman, yang selalu enerjik, pada plenary 2 menyampaikan kunci dalam membangun silabus LI yang cocok untuk grup target: metode, teknik dan sumber pengajaran LI. Diperlukan pemahaman akan pembelajar yang akan diajari LI. Lain pembelajar, maka lain pula metode dan teknik yang digunakan. Pembelajar memiliki cara belajar yang beragam dapat berupa resource based learning, collaborative leraning, inguiry learning, mastery
learning, discovery learning, independent learning, self-access learining atau seminar and presentation as part of learning. Dengan mengetahui cara belajar yang tepat, silabus dibangun dengan memastikan elemen-elemen berikut ini ada : nama pelajaran, tujuan, kredit atau tanpa kredit, durasi waktu, isi pelajaran, cara penyampaian dan alat yang digunakan, siapa pengajarnya, cara evaluasi, kegiatan dalam/luar kelas, materi yang diberikan dan referensi.

Secara detil, tentang evaluasi kebutuhan informasi dari pembelajar dijelaskan oleh Dr. Kiran Kaur workshop pertama. Dengan mengetahui elemen dari silabus LI, hal awal yang perlu dilakukan adalah evaluasi kebutuhan informasi pembelajar. Mereka perlu kebutuhan informasi apa? Cara mendapatkan kebutuhan informasi, lakukan survey terhadap pembelajar. Baik dalam grup atau langsung secara umum. Misalnya target grup adalah mahasiswa, maka lakukan survey terhadap tingkah laku mereka dalam penggunaan dan pemanfaatan informasi. Jenis sumber informasi yang mereka sering pakai. Bagaimana cara mereka mendapatkan informasi, bagaimana cara mereka menggunakan informasi. Kesulitan yang mereka hadapi, dan keluhan dosen terhadap hasil kerja atau produk informasi yang mereka hasilkan. Sesi ini membuat saya berpikir bahwa program LI itu tidak main-main dalam penyiapannya. Apa yang saya siapkan sangat tidak sempurna. Sesi ini juga mengajarkan bahwa dari survey terhadap kebutuhan informasi pembelajar, program LI yang dibentuk akan sangat bersifat learners-centered, berpusat pada pembelajar. Program LI yang seperti itulah yang akan sangat dirasakan manfaatnya oleh mahasiswa atau grup yang ditarget. Sayangnya, dalam sesi ini tidak ada latihan membuat survey atau paling tidak latihan menentukan hal-hal kunci yang menjadi perhatian kita untuk dicari jawabannya pada grup yang ditarget [targeted group].


Pembentukan Modul LI adalah materi Plenary 3 yang disampaikan secara bergiliran oleh Dato'
DR.Zaiton Osman, Principal Consultant, dan Puan Sharipah Hanon Bidin dari Open University
of Malaysia [OUM]. Proses membangun modul didasari dengan pemahaman bahwa setiap
pembelajar diarahkan untuk mempunyai kemampuan belajar secara mandiri seumur hidup. Ini
berarti pembelajar memiliki kemampuan belajar, penggunaan ICT dan juga information skill [information literacy tidak sama dengan information skill]. Informasi yang bersifat dan tersebar global, tersedia dalam bentuk digital baik terstruktur dalam digital library atau bebas di Internet adalah salah satu latar belakang pemikiran mengapa pembelajar perlu dibekali dengan kemandirian. Pembelajaran berdasar pengetahuan dan proses belajar mandiri juga menjadi latar belakang pemikiran pembentukan modul LI.

Sementara isu-isu yang menjadi pemikiran dalam membangun modul adalah
1. akses terhadap TI, kemampuan bahasa, dan ketrampilan dasar
2. strategi pengajaran dan pembelajaran yang kreatif dan tepat sasaran
3. kompetensi yang menjadi tujuan dari modul
Salah satu contoh kasus yang diangkat dalam oleh pembicara adalah modul LI yang dibangun untuk Open University of Malaysia [OUM] yang secara spesifik memiliki beragam lingkungan
belajar: terbuka dan jarak jauh dengan metode temu-muka, online dan mandiri dengan modul.
OUM memiliki program LI untuk undergraduate dan postgraduate
Topik-topik yang disajikan untuk undergraduate adalah.
1. managing your learning
2. online learning environment
3. coping with your assessment
4. information gathering process
5. skills in informatin retrieval
6. evaluation of information
7. reading for information
8. note-making and note taking skills
9. presenting information
10. using software application: word processing, presentation application, spreadsheet etc
Sementara topik-topik untuk postgraduate adalah:
1. scholarship and research in postgraduate studies
2. postgraduate studies
3. manageing your postgraduate studies [coursework, seminar, tutorials, research
4. importance of information and information skills
5. search strategy
6. selection and evaluation
7. reading for information
8. note-taking and note-making
9. organization and consolidation of information
10. presenting information
11. biblographical citation and references
Setiap IL Course atau kelas IL harus ditentukan tingkatan dan setiap tingkatan memiliki hasil pembelajaran sendiri.

PLenary 4 tentang Evaluating Information Literacy program- Principles and Methods disampaikan oleh Prof. Dr. Szarina Abdullah. Penekanan yang menarik dan banyak dibahas adalah tentang evidence-based evaluation. Untuk mendapatkan evaluasi yang sebenarnya, kita perlu mengumpulkan fakta, bukan berdasarkan pengalaman yang dirasakan dengan berbagai indra kita. Evaluasi diperlukan untuk mengukur apakah misi/visi yang ditetapkan untuk program LI kita tercapai atau tidak. Apa yang tidak dapat kita kelola, tidak dapat kita ukur, apa yang dapat diukur dapat diselesaikan, dan apa yang dapat diselesaikan dapat penghargaan.

Misi/Visi-> tujuan-> strategi-> program -> aktifitas -> evaluasi.

Setelah semua plenary selesai disajikan, Assoc. Prof. Fuziah Mohd Nadzar memberi pembekalan dalam setiap grup menyusun rencana penerapan program LI,yaitu Developing Implementation Plan, Strategy and Advocacy. Hal-hal inti yang diberikan adalah :
1. tentukan tujuan atau buatlah mission statement untuk program LI
2. Target group harus jelas
3. uji kebutuhan untuk program LI
4. kebutuhan informasi yang disiapkan
5. strategi dan tujuan
6. rencana pelaksanaan
7. nyatakan dengan jelas isi dari program LI untuk target
8. standar yang dijadikan acuan dan model LI yang digunakan
9. Kerjasama: identifikasi partner yang dapat dirangkul untuk kerja sama, internal dan eksternal.
10. siapkan evaluasi yang digunakan untuk evaluasi program LI
11. siapkan alat untuk mengukur hasil dari program LI

Workshop yang dilakukan oleh para peserta yang dibentuk dalam grup-grup diberi tugas untuk membuat rencana Penerapan yang isinya adalah apa yang disampaikan oleh Assoc. Prof. Fuziah jelaskan di atas.

Itu adalah laporan pandangan mata dari apa yang saya ikuti di TTT-UNESCO di Port Dickson,
Malaysia. Materi yang disampaikan begitu padat, dan rasanya belum puas untuk berlatih
bersama berdasarkan materi-materi itu. Waktu untuk berlatih dan berproses dirasa kurang,
dan terkonsentrasi di akhir. Sementara, informasi yang didapatkan pada plenary 1-4 akan lebih terserap jika di setiap akhir plenary ada workshop kecil yang memberi kesempatan bagi peserta untuk menurunkan apa yang diterima otak ke hati supaya dapat dirasakan karena mengalaminya sendiri.

No comments: