Pages

Friday, September 26, 2008

Tata Ulang Perpustakaan

Seperti halnya pindah rumah adalah pekerjaan yang besar, tata ulang perpustakaan juga pekerjaan besar. Memikirkan dan membayangkan perpustakaan akan seperti apa sudah membuat kepala ini cenut-cenut, karena ada banyak ide dan di waktu yang sama banyak juga keterbatasan.
Tata ulang ruang perpustakaan ini memang harus dilakukan karena ada tambahan ruang yang diberikan ke perpustakaan pada gedung yang ditempati. Ada basement yang dulu dipakai oleh poliklinik kampus, ada ruang laboratorium, dan juga selasar tangga yang menjadi konsekuensi dari pertambahan ruang-ruang tadi. Jadi yang jelas, tangga gedung itu dari lantai basement sampai lantai ke 3 menjadi milik perpustakaan beserta selasarnya. Tangga itu tidak lagi menjadi milik umum.

Kalau dibilang senang dengan tambahan ruang ini, tentu saja senang. Di saat yang sama juga harus berpikir bagaimana ruang-ruang ini dapat dimanfaatkan, termasuk ruang selasar yang serba tanggung di lantai 3. Selasar jadi ruangan, kecil lagi. Apapun situasinya tema dari pengembangan dan tata ulang perpustakaan harus jelas. Suasana yang akan dicapai seperti apa. Inilah yang membuat semangat itu muncul. Perjuangan untuk menjadikan perpustakaan tempat yang pantas dikunjungi untuk berbagai alasan jadi punya peluang untuk diwujudkan. Karena itu, tema yang ditetapkan adalah
"perpustakaan yang menerima pengguna
dengan memberi kenyamanan sebagai
tempat belajar, bersantai, berkolaborasi atau tempat bertemu"
Brainstorming bersama menghasilkan konsep cafe dengan mengubah warna cat dinding yang membosankan dengan warna yang tidak umum, ruang baca dengan berbagai maksud:
tenang dan mandiri,
berkelompok,
mojok dengan laptop,
bertutorial bersama,
nonton film, menjelajah koleksi,
nongkrong dekat koleksi baru,
lesehan, duduk nyaman di anak tangga, atau
semedi di ruang khusus.
Boleh dilakukan dan ada tempatnya di perpustakaan. Selain itu, kami mendapati layanan sederhana lain yang ingin diadakan:
menerima pengunjung luar di tempat yang lebih manusiawi
mempermudah pengembalian koleksi tanpa masuk perpustakaan
mendekatkan koleksi-koleksi referensi ke pengguna
ruang kerja bagi tenaga paruh waktu yang semuanya mahasiswa
ruang rapat yang terbuka untuk unit atau fakultas
ruang belajar bagi kami yang dikelilingi oleh koleksi-koleksi tentang dunia perpustakaan
gudang buku dan arsip [ ini penting banget]
ruang display buku-buku tua yang kami punya
kelas audio visual dengan pilihan : lesehan atau dengan kursi
loker-loker dengan kunci yang disewakan dengan harga murah untuk 1 semester
[dan] cafe yang menjual snack kering dan minuman [di dalam perpustakaan lho]
kelas-kelas literasi informasi yang terjadwal
tenaga paruh waktu yang siap bantu kesulitan dalam penggunaan komputer dan Internet

Itulah cita-cita yang bikin senut-senut, terutama bagi rekan arsitek yang kami mintai untuk merancang tata ulang itu. Salah satu mahasiswa asistennya sudah bertanya kapan rancangan yang dia gambar itu diwujudkan, karena dia sudah terbayang ingin memanfaatkan sudut-sudut ruang yang dia gambar dan bayangkan wujudnya. Sudah ada yang bersemangat untuk merasakannya! Bagus itu.

Dalam tata ulang ini, tidak hanya pembagian ruang dan area yang penting, tapi furnitur juga menentukan. Warna cat juga akan berperan menentukan suasana. Kami sudah menentukan bahwa hanya ruang baca, ruang kelas audiovisual dan ruang basement yang ada AC nya. Sementara ruang koleksi tidak ber-AC, tapi di ruang koleksi itu tidak ada sekat-sekat apapun, sehingga jendela-jendela dan beberapa fan yang sudah terpasang akan membantu sirkulasi udara lebih baik. Pencahayaan dan tata lampu juga diberi perhatian.

Dengan dana yang terbatas, kami maju jalan dengan mempertemukan cita-cita dan usaha recycling. Artinya, kami akan selalu berusaha menggunakan apa yang kami punya. Modifikasi menjadi prioritas dari pada membeli baru. Pembelian furnitur baru dan pernik-pernik lain pasti tidak terelakkan, tapi dengan sangat selektif.

Terus-terang, belum ada tenggat waktu kapan proyek ini dijalankan dan diselesaikan lalu diluncurkan ke publik. Yang jelas, rancangan sudah sampai tahap akhir dan sudah disepakati. Langkah selanjutnya membuat algoritma pengerjaan dan memastikan lama pengerjaan. Pengerjaan di semester yang berjalan begini memang tidak mudah. Perpustakaan harus tetap melayani. Sementara itu waktu terus berjalan menuju akhir tahun, itu berarti tahun anggaran sudah hampir ganti baru.

Astaga.....



2 comments:

.:imel:. said...

aha..perpus UKDW emang unique, bagaimana tidak?! untuk ekspansi saja diberi ruang sirkulasi vertikal. dituntut kejelian dalam melihat potensi ruang sirkulasi yang dialihfungsikan menjadi perpustakaan.

mengapa?

sejujurnya perpustakaan bukan tempat penyimpanan buku2
tapi sebuah konsep aksesibilitas yang baik dan aman untuk buku dan orang2.

bagaimana ruang2 ini diterjemahkan?
kita tunggu saja hasilnya

karna kadang impian terjegal oleh realita [baca: dana]

ah!

Lambok Sianturi said...

baca tulisan bu umi ini jadi pengen kuliah lagi... :)