Perpustakaan perguruan tinggi menyadari bahwa
kemampuan literasi informasi mahasiswa tidak merata, padahal kemampuan ini diperlukan untuk mahasiswa dapat belajar secara mandiri dan menggali pengetahuan secara luas.
Kemampuan ini bersifat long life learning. Pemberdayaan literasi informasi sudah seharusnya menjadi tanggung jawab bersama baik perpustakaan dan program studi. Sehingga sebenarnya ini adalah tanggung jawab universitas. Perpustakaan adalah unit pelaksana yang memegang peranan penting dalam pemberdayaan literasi informasi untuk mahasiswa dan juga dosen. Pemberdayaan yang sudah terjadi umumnya berkisar antara pendidikan pengguna/pemakai atau library instruction. Jika ada pemberdayaan lebih, maka biasanya berkaitan dengan fasilitas yang disediakan perpustakaan misalnya penelusuran database online, penggunaan fasilitas email ; e-class; pembangunan web dan forum mahasiswa online. Topik-topik itu memang bagian dari literasi informasi, tapi masih sebagian kecil, dan jika disajikan tanpa ada alur yang benar sesuai dengan langkah-langkah dalam suatu model literasi, maka tidak memberi manfaat yang utuh bagi para pengguna perpustakaan.
Literasi informasi atau Information Literacy (IL) sendiri belum populer di kalangan perpustakaan di Indonesia, dan banyak perguruan tinggi yang belum menyadari pentingnya kemampuan ini. Dalam rangka mempopulerkan literasi informasi, Perpustakaan Duta Wacana menyelenggarakan pelatihan literasi informasi. Pelatihan literasi informasi pertama adalah pengenalan literasi informasi bagi pustakawan yang telah diadakan tahun 2007. Pelatihan kedua adalah pelatihan penyusunan modul literasi informasi. Pelatihan ini baru saja diselenggarakan tgl 12-13 Mei 2008 di UKDW. Inti dari pelatihan ini adalah membuat modul literasi informasi bersama-sama. Hasil dari pelatihan ini berupa 11 modul pelatihan IL untuk mahasiswa. Modul-modul beragam topiknya : kutipan, thesaurus, referensi, digitalisasi, pemanfaatan audio visual, pencarian di search engine, perumusan masalah, dan penelusuran jurnal online.
Peserta berjumlah 21 orang dan berasal dari 13 Universitas : UAJY, UGM, , UNNES, UK. MARANATHA, UKSW, UII, UMY, AKAKOM, UIN, UPN, ISTA, ISI dan UKDW. Dengan pembicara dan fasilitator utama Diao Ai Lien, PhD dari Unika Atma Jaya Jakarta dan Umi Proboyekti, S.Kom, MLIS sebagai fasilitator dan pembicara pendamping, pelatihan 2 hari ini termasuk pelatihan yang penuh kegiatan dan materi. Kemampuan dasar literasi informasi para peserta ternyata sangat beragam dari yang baru kenal literasi informasi sampai yang sudah siap membuat modul IL. Sekalipun hari pertama pada saat penyajian materi tentang literasi informasi, banyak rekan yang masih merasa ragu dengan literasi informasi, tetapi ketika sudah masuk laboratorium komputer dan mulai membuat garis besar rencana pembelajaran, mereka mulai memahami dan mampu menentukan topik modul yang akan mereka susun draft-nya.
Pembuatan draft modul adalah tantangan terbesar bagi semua peserta. Pengetahuan tentang IL yang belum semuanya mendarat mulus dalam benak, membuat awal-awal pembuatan modul jadi begitu lambat. Banyak pertanyaan yang diajukan, banyak pendampingan yang diperlukan, dan diskusi dengan rekan sekerja jadi modal besar.
Dalam proses pembangunan modul, akses Internet di laboratorium komputer tersebut ternyata tidak selalu menjadi sumber informasi yang memberi pencerahan baru. Ini terlihat dari beberapa dari peserta yang banyak tergantung pada contoh modul yang dibawa oleh fasilitator dari pada berlomba mencari contoh modul di Internet sebagai bahan masukan dan pembanding. Jika mereka mampu temukan, contoh modul-modul IL di Internet sangat banyak dan beragam. Hal lain yang membuat mereka resisten terhadap informasi di Internet adalah kendala bahasa. Ketika mereka harus berhadapan dengan bahasa Inggris, langsung merasa bahwa informasi itu tidak dapat mereka gunakan. Sedih juga melihat mereka yang mengalami ini.
Tantangan sebagai fasilitator juga tidak kalah berat. Berusaha memberdayakan peserta yang memulai dari NOL besar tentang literasi informasi ternyata tidaklah mudah. Ketakutan ternyata membuat pengetahuan baru ini sulit masuk. Selain itu kebiasaan belajar yang rendah ternyata meningkatkan tantangan ini. Padahal apa yang sedang dipelajari adalah kemampuan untuk belajar mandiri seumur hidup. Namun demikian tantangan ini tidak membuat fasilitator dan peserta mundur. Tidak ada kata mundur. Mereka boleh memulai pelatihan ini dari NOL, tapi yang jelas setelah pelatihan, tidak ada lagi peserta yang merasa NOL, mereka mendapatkan banyak hal baru, dari hal yang sepele bagi orang lain sampai yang berbobot.
Hal-hal yang dibawa pulang oleh peserta beragam dari satu peserta ke peserta lain. Bagi mereka yang terbiasa dengan literasi informasi, modul-modul yang disusun merupakan oleh-oleh yang berharga karena mereka akan mengembangkan modul literasi informasi tidak dari nol dan tidak sendirian. Peserta lain yang pernah dengar literasi informasi dan belum mengerti, mendapat contoh yang jelas apa itu literasi dan apa yang diajarkan dalam literasi informasi. Ada beberapa dari mereka, justru mendapat kesempatan belajar hal lain, entah penelusuran di mesin pencari, membuat bagan alir, mengetik pada pemroses kata atau bahkan belajar membuat tulisan. Begitulah. Sekalipun mereka semua adalah pekerja informasi atau pustakawan, ternyata tidak semua punya kebiasaan belajar yang membawa mereka secara bertahap kepada pengetahuan yang lebih.
Draft –draft modul yang mereka bawa pulang, adalah bukti semangat dan kerja keras pada peserta selama 2 hari. Mereka bahkan mempresentasikan hasil kerja mereka di sesi terakhir. Setiap presentasi draft modul, ada saja pengetahuan baru yang dibagikan, entah itu berkaitan dengan teknis, jenis layanan baru, cara promosi atau bahkan penggunaan alat. Draft-draft modul yang disusun bersama merupakan pembelajaran untuk mendapatkan kemampuan yang dijabarkan dalam model literasi informasi 7 langkah. Model literasi informasi Tujuh Langkah yang dijelaskan oleh Ibu Ai Lien di hari pertama terdiri dari :
- Merumuskan masalah
- Mengidentifikasi sumber informasi
- Mengakses informasi(secara fisik dan intelektual)
- Menggunakan informasi secara etis dan legal
- Menciptakan karya tulis (organisasi,penciptaan dan presentasi)
- Mengevaluasi hasil
- Menarik pelajaran dari kegiatan 1-6 (lessons-learned)
Pada setiap langkah ada beberapa kemampuan yang dapat diajarkan. Misalnya untuk langkah perumusan masalah, kita mampu menganalisis situasi. Analisis situasi ada caranya dari yang sangat sederhana sampai canggih. Dari hanya membaca buku, sampai melakukan observasi yang lengkap. Lalu brainstorming juga ada caranya. Selain brainstorming ada cara lain seperti clustering dan journalist's questions. Ketika membuat kalimat rumusan masalah masih harus tahu seperti apa kalimat rumusan masalah itu.
Sementara langkah menggunakan informasi secara etis dan legal, kemampuan dan pengetahuan tentang mengutip, membuat parafrase, membuat bibliografi, dan membedakan
endnote dan
footnote. Belum lagi ketika mengutip, yang dikutip apa? Tulisan? Gambar? Tabel?
Belum lagi bagaimana menciptakan karya. Ini dari menyusun konsep tulisan atau karya sampai bagaiman presentasikan karya. Kalau karyanya tulisan bagaimana? Kalau bukan tulisan bagaimana? Banyak. Banyak. Banyak yang merupakan bagian dari literasi informasi!!!!
Pelatihan penyusunan modul literasi informasi kemarin memang betul-betul membuka wawasan, ternyata literasi informasi itu luas sekali dan penting.
Pantas saja disebut long life learning, karena dengan literasi informasi kita dapat learning long life.
No comments:
Post a Comment