Obok-obok internet dengan mesin pencari memang memberikan keasyikan sendiri. Penasaran dan juga kepuasan ketika menemukan apa yang kita cari, dan terlebih lagi ketika mencari sesuatu malah menemukan hal lain yang lebih menarik, jadilah pencarian menjadi petualangan tanpa merasa waktu berjalan terus. Kalau memang suka obok-obok internet dengan mesin pencari, bisa tongpes (kantong kempes) gara-gara bayar warnet atau bisa lupa pulang gara-gara asyik sendirian di kantor.
Kegiatan obok-obok ini juga bisa untuk ajang narsis dengan mencari seberapa kita terkenal di Internet. Kalau punya nama unik seperti saya, maka hit yang didapatkan akan spesifik. Tapi kalau punya nama pasaran seperti nama suami saya, Budi Susanto, maka harus memilah Budi Susanto yang mana: music arranger? terdakwa kasus korupsi busway? pemain tenis? penulis buku tentang politik (yang satu ini ada inisial A mengawali nama lengkapnya? atau Budi Susanto dosen TI UKDW? atau masih banyak lain Budi Susanto?
Ajang narsis ini menarik karena dari pencarian ini ditemukan bahwa karya-karya yang dipublikasikan online mendapat "penghargaan" karena ditaut oleh situs lain. Dari bahan ajar yang menjadi bahan ajar di institusi pendidikan lain, sampai posting-posting kita di milist pun terbaca oleh si mesin pencari. Karena itu hati-hati untuk posting di milist.
Dari sekian banyak mesin pencari dengan karakteristiknya masing-masing, Google adalah mesin pencari favorit. Paling tidak favorit saya dan suami. Yang membuat kami berdecak kagum adalah kreativitas dari Google dalam menyajikan berbagai layanan: mesin-mesin pencari yang lebih spesifik seperti pencari citra, pencari buku, pencari artikel scholar, dan pencari web umum. Aplikasi email yang digabung dengan aplikasi chatting adalah ide bagus. Sementara untuk menyajikan informasi blog juga disediakan oleh Google. Mesin analisis pengakasesan web dilakukan oleh Google analytics yang dapat dimanfaatkan pada web personal atau web apapun. Aplikasi perkantoran online Google docs tersedia juga. Waduh banyak deh! Kok jadi seperti bagian pemasaran Google.
Dengan fasilitas yang bermacam-macam seperti itu jangan heran jika para mahasiswa juga lebih senang bertanya pada Google dari pada kepada pustakawan. Beberapa pustakawan jadi cemburu sehingga mungkin aspirasi mereka tergambar di sebelah ini. Padahal, Google seharusnya menjadi teman baik para pustakawan karena dengan mampu memanfaatkan fasilitas-fasilitas Google yang beragam, pekerjaan para pustakawan dalam hal referensi dan literasi informasi jadi terbantu.
Fasilitas-fasilitas Google yang komplit ini memberi ide tentang kemampuan dalam memanfaatkan fasilitas-fasilitas Google untuk mendukung literasi informasi: Google literacy. Istilah ini menjadi judul proyek literasi kerja sama Google dengan berbagai lembaga yang peduli pada literasi seperti UNESCO dan LITCAM. Proyek ini berjudul Google Literacy Project.
Arti dari istilah itu adalah Proyek Literasi Google, sementara yang saya maksud engan Google Literacy adalah Literasi informasi yang memanfaatkan dukungan fasilitas-fasilitas di Google. Karena kuncinya adalah memanfaatkan fasilitas-fasilitas di Google, maka penggunaan fasilitas-fasilitas tersebut harus lancar dan fasih. Jika pustakawan fasih dan lihai menggunakan Google tentu saja mahasiswa akan banyak yang ingin memiliki kemampuan itu. Ini bukan barang mudah. Menguasai penggunaan mesin pencari tidaklah mudah karena informasi yang didapatkan sangat beragam dan pemilihan kata kunci dan istilah menjadi suatu perkara yang penting.
Yooo, jadi gimana? Google literacy jadi suatu kemampuan dari bagian kemampuan information literacy kan?
2 comments:
saya setuju, patutlah google dijadikan 'sahabat' para pustakawan, mereka jangan berfikir negatif, tetapi sebenarnya harusnya postif, dengan adanya fasilitas google, mereka bisa lebih mengeksplor karya mereka! :) nice topik mbak
btw kok suami sendiri dibilang namanya pasaran :p hehehe, kalau nama saya gimana?? :p
Post a Comment