The more I learn, the more I
realize I don’t know
– Albert Einstein
Ungkapan Albert
Einstein tersebut tidak berarti bahwa kita tidak perlu belajar atau mempelajari sesuatu.
Sebaliknya, dengan belajar atau mempelajar i suatu hal membuat
kita sadar bahwa masih banyak yang tidak kita
ketahui. Mempelajari sesuatu membawa kita kepada hal lain
yang berkaitan maupun yang tidak berkaitan. Hal ini membuat kita tidak
akan berhenti belajar. Mengetahui sesuatu membuka jalan
kepada hal lain yang untuk ketahui dan begitu seterusnya. Suatu siklus belajar
yang tak ada henti.
Siklus belajar
tak ada henti ini dapat terjadi jika ada titik
permulaan yang membawa ke tahap berikutnya. Titik permulaan
dapat dimulai jika ada kemampuan untuk memulai.
Kemampuan untuk menjalani siklus belajar yang tak ada henti adalah literasi
informasi. Literasi informasi adalah knowing when
and why you need information, where to find it , and how to
evaluate, use and communicate it in an ethical manner (CILIP).
Dengan demikian orang yang memiliki kemampuan literasi informasi mengetahui kapan
dan mengapa membutuhkan informasi, lalu tahu bagaimana dan
dimana mendapatkan informasi tersebut, mampu mengevaluasi
apakah informasi yang didapatkan tepat, dan
akhirnya dapat menggunakan dan mempresentasikan dengan benar. Kegiatan-kegiatan
tersebut selalu terjadi di dunia pendidikan pada tingkat
manapun, dasar, menengah hingga tinggi. Di luar dunia pendidikan kegiatan-kegiatan
seperti mendapatkan informasi dan menyajik an informasi
adalah kegiatan sehari-hari dalam pekerjaan apapun. Jika
demikian, kemampuan melakuka n kegiatan-kegiatan tersebut
sudah selayaknya dimiliki oleh siapapun.
Di dunia
perguruan tinggi, ada tiga dharma yang men dasari
kegiatan-kegiatan perguruan tinggi: proses belajar
mengajar, penelitian dan pengabdian masyarakat. Tiga
dharma ini dilakukan oleh mahasiswa dan dosen. Mereka
melakukan ketiga dharma tersebut pada tingkat dan
kepentingan yang berbeda, namun demikian kemampuan yang mendukung mereka
untuk melakukan kegiatan –kegiatan tersebut sama,
hanya sekali lagi, pada tingkat yang berbeda.
Proses belajar
mengajar adalah kegiatan yang membutuhkan identifikasi kebutuhan, mendapatkan informasi
pendukung, membangun suatu informasi baru lalu disajikan
kepada audiens yang dituju. Dosen melakukannya dalam
mempersiapkan bahan ajar bagi matakuliah yang diampu, sementara mahasiswa
melakukannya saat mengerjakan tugas kuliah berupa karya tulis, laporan
pengamatan, laporan kegiatan atau menyajikan ide/temuan di lapangan.
Penelitian bagi
dosen dan mahasiswa adalah rangkaian kegiatan yang memiliki tantangan besar. Dengan
bobot dan kepentingan yang berbeda, mereka sama-sama memulai dari suatu
permasalahan yang tepat, sumber informasi yang beragam dalam asal
dan bentuk, harus mampu evaluasi dan analisis data atau
informasi, menyusun temuan dan hasil analisis dalam karya tulis dan kemudian menyajikannya
kepada audiens atau komunitas yang dituju.
Pengabdian
masyarakat mungkin terlihat berbeda dari kedua kegiatan
sebelumnya. Namun demikian kemampuan menentukan kebutuhan dan menganalisis
data guna menentukan bentuk pengabdian memerlukan
informasi. Informasi tentang situasi masyarakat,
penyandang dana dan tentang kebutuhan masyarakat menjadi penentu tepat tidaknya
suatu program pengabdian masyarakat, apapun
bentuknya.
Karena informasi
menjadi materi utama dalam ketiga kegiatan dharma tadi, maka
kemampuan yang berkaitan dengan informasi menjadi kebutuhan. Masalahnya,
mahasiswa dan dosen ternyata tidak selamanya memiliki
kemampuan yang dibutuhkan pada tingkat kapasitas
mereka. Sementara perpustakaan perguruan tinggi pada umumnya membekali
mahasiswa dengan literasi yang berkaitan dengan kegiatan
perpustakaan yaitu cara mengakses koleksi perpustakaan. Peningkatan layanan biasanya
lebih tertuju pada fasilitas: komputer atau lab komputer, koneksi Internet
nirkabel, jenis koleksi dan sistem informasi perpustakaan. Dengan fasilitas
IT tersebut, kemampuan yang menjadi 3 sorotan
adalah literasi komputer. Mahasiswa diarahkan memiliki kemampuan mengoperasikan komputer,
sehingga paling tidak, masalah penggunaan OPAC
terselesaikan. Jadi beberapa ketrampilan yang biasanya
diajarkan perpustakaan adalah :
1. orientasi perpustakaan:
cara menggunakan koleksi dan memanfaatkan layanan perpustakaan
2. pengoperasian
komputer dan Internet
3. pencarian artikel
pada online database yang dilanggan
4. pemanfaatan
layanan online kampus: email, forum mahasiswa, file transfer, e-class dan
sebagainya.
Semua ketrampilan
tersebut adalah penting, dan ketrampilan tersebut merupakan sebagian dari literasi
informasi. Ini artinya yang selama ini disajikan perpustakaan belumlah lengkap
tetapi baru sebagian saja dari ketrampilan yang perlu dimiliki oleh
mahasiswa dan juga mungkin dosen. Mungkin selama ini kita
menyadari ada ketrampilan atau kemampuan yang perlu dimiliki oleh para
mahasiswa untuk dapat belajar secara mandiri, tapi tidak menyadari
bahwa ketrampilan yang kita sajikan belum mencukupi bagi
mereka untuk dapat belajar secara mandiri.
Bagi kita yang
terlibat dalam proses belajar mengajar, sering mendapati kesulitan mahasiswa dalam:
1. memahami tugas
yang diberikan sehingga apa yang dikerjakan tidak sesuai dengan yang tugas yang
diberikan
2. menemukan ide
untuk paper dalam topik tertentu atau ide penelitian
untuk skripsi atau thesis mereka
3. mendapatkan
sumber informasi, sehingga sumber informasi kurang bervariasi dan cenderung menggunakan
sumber atau format yang sama
4. menentukan
pustaka yang tepat, sehingga enggan membaca karena berpikir bahwa buku-buku yang
dipilih sebagai sumber informasi harus dibaca habis
5. mengutip sebuah
sumber yang berhak cipta secara langsung maupun dengan membuat parafrase untuk
menghindari plagiarisme
6. membuat kalimat
yang beralur dari paragraf ke paragraf
7. mempresentasikan
karyanya sehingga menghasilkan presentasi yang monoton, kurang informatif dan
kurang tepat untuk audiens yang dituju
8. mempelajari hal
baru dengan cara yang aktif dan kreatif.
Sementara itu,
tidak jarang kita dapati beberapa dosen mengajar dengan bahan yang sama dari tahun
ke tahun karena kurangnya pengetahuan dalam mendapatkan bahan ajar yang
bervariasi. Di lain pihak ada dosen yang sangat bergantung pada sumber di
Internet tanpa menguji lebih dulu sumber yang diperoleh.
Masalah-masalah ini dapat teratasi jika kemampuan
literasi informasi menjadi suatu kemampuan yang diharuskan di
perguruan tinggi. Karena itu pemberdayaan mahasiswa dan dosenuntuk memiliki
literasi informasi harus dimulai.
Memulakan suatu
yang baru di manapun tidak selalu mudah. Dalam hal literasi informasi, lembaga-lembaga
yang berkaitan dengan perpustakaan seperti ACRL (Association
of College and Research Libraries), CILIP (Chartered
Institute of Library and Information Professionals), dan SCONUL (Society
of College, National and University Libraries) memberi perhatian khusus pada literasi
informasi di perguruan tinggi. Bahkan literasi informasi sudah seharusnya
disinergikan dengan kurikulum. Memasukkan literasi informasi ke dalam kurikulum
adalah salah satu impian perpustakaan-perpustakaan di
segala tempat yang peduli pada literasi informasi. Kenyataannya tidak semua
pimpinan perguruan tinggi menyadari pentingnya literasi informasi, atau
menganggap kemampuan itu dapat dengan mudah diperoleh sejalan dengan
proses belajar mengajar di perguruantinggi.
Keadaan itu
seharusnya menjadi suatu tantangan bagi perpustakaan
untuk membuktikan bahwa literasi informasi adalah
suatu kemampuan yang harus dimiliki semua orang. Untuk itu, perpustakaan perlu
memulai pemberdayaan ini dengan mengembangkan pemberdayaan yang
telah dilakukan selama ini dengan memanfaatkan
fasilitas apapun yang tersedia 4 Cara pemberdayaan
dapat dilakukan dengan berbagai cara bergantung pada fasilitas yang dimiliki perpustakaan
:
1. tanpa koneksi
Internet
a. tanpa lab
komputer di perpustakaan
Mengajarkan
tahapan dari suatu model literasi informasi dengan didukung oleh sumber informasi tercetak
yang beragam. Mengajarkan cara membaca secara efektif, menulis dengan benar
sesuai dengan aturan, mengutip, menggunakan sumber informasi
tercetak. Modul-modul literasi dalam bentuk sederhana
dan menarik dapat dibuat dalam bentuk tercetak: buku saku atau poster-poster menarik.
b. dengan lab
komputer di perpustakaan
Menelusuri
bersama tahap-tahap suatu model literasi informasi dengan
didukung ketrampilan menggunakan komputer dan mengajarkan cara menyusun karya
tulis atau produk informasi dengan menggunakan perangkat
lunak komputer yang sesuai. Modul-modul literasi informasi dapat
disediakan dalam bentuk CD atau tersedia dalam bentuk file atau aplikasi
komputer. Modul-modul itu dapat diakses di komputer di perpustakaanuntuk
digunakan mahasiswa kapanpun mereka ingin akses di lab
komputer perpustakaan.
2. dengan koneksi
Internet
a. tanpa lab
komputer di perpustakaan
Tahap-tahap dari
suatu model literasi diajarkan melalui situs perpustakaan yang dapat diakses dimanapun
oleh mahasiswa. Kelas literasi informasi dapat diadakan
berkala di lab komputer perguruan tinggi dengan
mengajarkan tahap-tahap model literasi informasi yang didukung beragam
format sumber informasi.
b. dengan lab
komputer di perpustakaan
Situasi ini
paling ideal karena kelas-kelas literasi informasi dapat diadakan secara rutin
oleh dan di perpustakaan. Selain itu modul-modul literasi informasi
dapat disajikan di situs perpustakaan yang dapat diakses
kapanpun dan dimanapun termasuk di lab komputer perpustakaan. Dengan adanya lab
komputer di perpustakaan pendampingan oleh pekerja informasi dapat dilakukan
saat dibutuhkan.
Pada beberapa
perpustakaan, bukan fasilitas yang jadi halangan, tetapi sumber daya manusia di perpustkaan.
Di saat fasilitas tersedia, pekerja informasi justru tidak mengimbanginya
dengan kemampuan memberdayakan pengguna perpustakaan. Sekalipun
ini tantangan yang besar, ini bukan menjadi alasan
untuk memberdayakan pengguna perpustakaan dengan kemampuan literasi informasi.
Pemberdayaan
pertama justru ditujukan untuk pekerja informasi di
perpustakaan. Pemberdayaan secara internal dan terus
menerus adalah salah satu cara yang murah dan mudah
untuk dilakukan. Jika fasilitas memadai sehingga
sumber informasi tentang literasi informasi dapat
diperoleh secara mudah, maka dengan berbekal
semangat belajar bersama dapat menghasilkan kemampuan
literasi informasi yang layak untuk dibagikan. Fasilitas memadai disini
adalah tersedianya koneksi Internet yang lancar, pustaka tentang literasi
informasi dan nara sumber lokal yang dapat menjadi
pelatih bagi yang lain. Jika ternyata fasilitas
tersebut tidak tersedia, maka belajar nara sumber lain seperti dalam pelatihan bersama
atau belajar secara mandiri dari sumber pustaka pun akan menjadi awal yang
baik.
Dapat
memanfaatkan apa yang ada untuk memberdayakan pengguna dengan
literasi informasi adalah upaya yang harus diperjuangkan. Upaya ini pertama
kali justru membuat pekerja informasi memiliki
kemampuan belajar secara mandiri dan ini akan mengarahkan pekerja informasi
untuk mengembangkan layanan perpustakaan atau mengadakan perbaikan
dalam perpustakaan dalam hal manajemen, sumber daya
manusia, prosedur, dan pengelolaan koleksi.
Mempelajari
sesuatu membuat kita ingin mempelajari hal lain.
Pengetahuan baru membawa kita kepada pengetahuan yang lain
sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki,
dan tidak pernah berhenti bertambah. Seperti apa yang dikatakan oleh Albert
Einstein di atas.
Bacaan pendukung :
A short introduction to information literacy. Chartered Institute of
Library and Information Science(CILIP). Online di : http://www.cilip.org.uk/policyadvocacy/informationliteracy/definition/introduction.htm.
Tgl akses20/04/2008.
Hancock, Vikki E.Information Literacy for Lifelong Learning. 05-1993.
ERIC Digest. ED358870. ERIC Clearinghouse on Information
and Technology SyracuseNY. Online di
Kasowitz-Scheer, Abby - Pasqualoni, Michael. Information
Literacy Instruction in Higher
Education: Trends and Issues. 06-2002. ERIC Digest. ED465375.
ERIC Clearinghouse on Information and Technology
Syracuse NY. Online di http://www.ericdigests.org/ .
Tgl akses 7/05/2008
Plotnick, Eric. Information Literacy.
02-1999. ERIC Digest. ED427777. ERIC Clearinghouse on Information and
Technology Syracuse NY. Online di http://www.ericdigests.org/ .
Tgl akses 7/05/2008
Makalah disampaikan pada
Pelatihan Penyusunan Modul Literasi Informasi di Universitas Kristen Duta
Wacana Yogyakarta 12-13 Mei 2008.
No comments:
Post a Comment