Apa Literasi Informasi?
Jawabnya adalah kemampuan. Berhentilah pada jawaban itu sampai penanya bertanya lagi. Kemampuan apa? Lalu jawablah: kemampuan mendapatkan dan menggunakan informasi secara efektif dan etis. Cara ini memudahkan untuk memahami istilah aneh yang tidak umum itu sementara sebenarnya setiap orang punya kemampuan itu, tapi tak menyadarinya.
- Waktu lulusan SMA dari luar Yogyakarta ingin kuliah di Yogyakarta, bagaimana mereka tahu tentang universitas-universitas di Yogyakarta?
- Waktu akan mencari rumah kost atau kontrakan, bagaimana mendapatkannya?
- Mendapat tugas menulis artikel tentang formalin dan penggunaannya, dari mana memulainya?
- Sepasang kekasih akan menikah dengan modal tertentu, bagaimana dapat melangsungkan pernikahan sesuai modal?
- Ingin mendapatkan beasiswa untuk studi lanjut ke luar negeri, mencari di mana?
- Bingung dengan cara mendampingi anggota keluarga yang dalam pemulihan dari stroke, apa yang harus dilakukan?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas dan menyelesaikan masalah yang terjadi, apa yang diperlukan? Informasi.
- Di mana mereka mencari informasi?
- Bagaimana mereka tahu bahwa informasi yang mereka dapat berguna dan tepat?
- Apa yang mereka lakukan setelah mendapat informasi? Setiap orang tahu sumber informasi, masalahnya apakah menyadari bahwa ada berbagai macam informasi baik dalam format dan sumber. Informasi yang tersedia bercampur : benar dan tidak benar. Tepat dan tidak tepat. Berguna dan tidak berguna.
- Apakah mereka tahu bagaimana cara mendapatkan informasi itu?
- Waktu mereka dibanjiri informasi, mampukah mereka memilih yang tepat?
- Ketika mereka menggunakan informasi itu, apakah caranya sudah tepat?
- Adakah orang yang dirugikan dari penggunaan informasi itu?
ACRL (Association of College and Research Libraries) mendefinisikan literasi informasi sebagai berikut: Information Literacy is the set of skills needed to find, retrieve, analyze, and use information. Dari definisi ini jelas bahwa literasi informasi adalah kemampuan. Literasi informasi bukan search engine, bukan bagian dari Internet, bukan metode penelitian atau bukan hal lain tapi kemampuan. Karena bentuknya adalah kemampuan, maka Literasi Informasi dapat diraih melalui pemahaman dan pelatihan.
Pemahaman menjadi sangat penting karena sering kali Literasi Informasi dianggap hal baru dan asing. Sementara pada kenyataannya setiap manusia punya kemampuan ini pada tingkat yang tertentu. Masalahnya, kemampuan tersebut tidak senantiasa disadari keberadaannya dan kemudian tidak dipikirkan untuk dikembangkan. Padahal, kemampuan ini punya potensi untuk meningkatkan kehidupan manusia. Karena itu pada promosi Literasi Informasi sering kali kemampuan ini disebut: LIFELONG LEARNING atau pembelajaran sepanjang hayat.
Pada definisi Literasi Informasi di atas, setiap kata kerja yang dipakai mengandung kemampuan. Untuk mencapai kemampuan-kemampuan dalam Literasi Informasi, beberapa pihak membangun model Literasi Informasi untuk menjelaskan langkah-langkah untuk menghasilkan produk informasi atau memenuhi kebutuhan informasi. Beberapa model Literasi Informasi yang ada adalah : Big 6, SCONUL 7 Pillars, dan Empowering 8. SCONUL 7 Pillars adalah model literasi informasi yang didedikasikan untuk Literasi Informasi di perguruan tinggi dan disusun oleh. Sementara Big6 dan Empowering 8 adalah model literasi informasi dapat digunakan untuk sekolah dan perguruan tinggi. Empowering 8 secara khusus yang disusun bersama oleh wakil-wakil di Asia di Sri Lanka. Setiap model terdiri dari langkah-langkah untuk memenuhi kebutuhan informasi atau menyelesaikan masalah kebutuhan informasi. Setiap model memiliki ciri tersendiri. Masing-masing memberi penekanan yang berbeda pada langkah-langkahnya, namun ketiganya memiliki langkah-langkah yang serupa sekalipun berbeda dalam membahasakannya.
Model Literasi Informasi : Big 6, 7 Pillar SCONUL dan Empowering 8
BIG 6
1. Task Definition
1.1 Define the information problem
1.2 Identify information needed
2. Information Seeking Strategies
2.1 Determine all possible sources
2.2 Select the best sources
3. Location and Access
3.1 Locate sources (intellectually and physically)
3.2 Find information within sources
4. Use of Information
4.1 Engage (e.g., read, hear, view, touch)
4.2 Extract relevant information
5. Synthesis
5.1 Organize from multiple sources
5.2 Present the information
6. Evaluation
6.1 Judge the product (effectiveness)
6.2 Judge the process (efficiency)
SCONUL 7 Pillars
1. The ability to recognise a need for information
2. The ability to distinguish ways in which the information ‘gap’ may be addressed:
2.1 knowledge of appropriate kinds of resources, both print and non-print
2.2 selection of resources with ‘best fit’ for task at hand
2.3 the ability to understand the issues affecting accessibility of sources
3. The ability to construct strategies for locating information:
3.1.to articulate information need to match against resources
3.2 to develop a systematic method appropriate for the need
3.3 to understand the principles of construction and generation of databases
4. The ability to locate and access information:
4.1 to develop appropriate searching techniques (e.g. use of Boolean)
4.2 to use communication and information technologies, including terms international academic networks
4.3 to use appropriate indexing and abstracting services, citation indexes and databases
to use current awareness methods to keep up to date
5. The ability to compare and evaluate information obtained from different sources
5.1 awareness of bias and authority issues
5.2 awareness of the peer review process of scholarly publishing
5.3 appropriate extraction of information matching the information need
6. The ability to organise, apply and communicate information to others in ways appropriate
6.1 to the situation
6.2 to cite bibliographic references in project reports and theses
6.3 to construct a personal bibliographic system
6.4 to apply information to the problem at hand
6.5 to communicate effectively using appropriate medium
6.6 to understand issues of copyright and plagiarism
7. The ability to synthesise and build upon existing information, contributing to the creation of new knowledge
Empowering 8
1. Identify
1.1 Define the topic/subject
1.2Determine and understand the audience
1.3 Choose the relevant format for the finished product
1.4 Identify the key words
1.5 Plan a search strategy
1.6 Identify different types of resources where information may be
found
2. Explore
2.1 Locate resources appropriate to the chosen topic
2.2 Find information appropriate to the chosen topic
2.3 Do interviews, field trips or other outside research
3. Select
3.1 Choose relevant information
3.2 Determine which sources are too easy, too hard, or just right
3.3 Record relevant information through note making or making a
visual organizer such as a chart, graph, or outline, etc
3.4 Identify the stages in the process
3.5 Collect appropriate citations
4. Organize
4.1 Sort the information
4.2 Distinguish between fact, opinion, and fiction
4.3 Check for bias in the sources
4.4 Sequence the information in a logical order
4.5 Use visual organizers to compare or contrast information
5. Create
5.1 Prepare information in their own words in a meaningful way
5.2 Revise and edit, alone or with a peer
5.3 Finalize the bibliographic format
6. Present
6.1 Practise for presentation activity
6.2 Share the information with an appropriate audience
6.3 Display the information in an appropriate format to suit the
audience
6.4 Set up and use equipment properly
7. Access
7.1 Accept feedback from other students
7.2 Self assess one's performance in response to the teacher’s assessment of the work
7.3 Reflect on how well they have done
7.4 Determine if new skills were learned
7.5 Consider what could be done better next time
8. Apply
8.1 Review the feedback and assessment provided
8.2 Use the feedback and assessment for the next learning activity / task
8.3 Endeavour to use the knowledge gained in a variety of new situations
8.4 Determine in what other subjects these skills can now be used
8.5 Add product to a portfolio of productions
Menyedihkan, ketika mendapati mahasiswa mengaku tidak tahu bagaimana menggunakan search engine, dan tidak tahu bahwa BLOG tidak bisa dijadikan sumber informasi begitu saja.
Mengenaskan, ketika seorang dosen mengatakan tidak ada full text article di jurnal online yang dilanggan puluhan ribu dollar Amerika.
Menyebalkan, waktu menemukan mahasiswa salah mengerjakan tugas, hanya karena kurang kritis dan tidak mencari informasi dari sumber yang tepat.
Memalukan, ketika presentasi yang disajikan ternyata tidak tepat sasaran.
Berbahaya, ketika produk informasi ternyata ditengarai mirip milik orang lain.
Ketika informasi menjadi penting bagi semua orang, dan pada kenyataannya tidak semua orang mampu mendapatkan dan menggunakan informasi secara efektif dan etis.
Situasi seperti di atas terjadi di beragam tempat dan dapat terjadi pada siapapun termasuk pustakawan yang sebenarnya pekerjaannya berkaitan dengan sumber informasi dan informasi. Kemampuan mendapatkan informasi seseorang bertambah seturut dengan pengalamannya dalam memenuhi kebutuhan informasinya. Namun demikian, dalam era informasi seperti sekarang ini, informasi tumpah ruah, tersedia dalam berbagai format dan sumber dengan kemudahan akses yang ditunjang oleh teknologi informasi. Pengalaman memenuhi kebutuhan informasi menggunakan kemampuan yang terbatas akan menghasilkan informasi yang tidak bertanggung jawab. Informasi yang begitu banyak dari semua orang yang merasa punya informasi tidak dapat disaring begitu saja dengan teknologi. Kekritisan pengguna informasi itulah yang seharusnya melindungi dirinya dari informasi yang tidak bertanggung-jawab dan mencegahnya menghasilkan yang sama.
Lalu bagaimana supaya pengguna informasi itu memiliki kemampuan yang memadai? Mereka perlu mendapatkan informasi yang memberdayakan mereka dan perlu berlatih. Di sinilah peran pustakawan: menghasilkan informasi yang bertanggung jawab bagi pengguna informasi dan memberdayakan pengguna informasi untuk melatih kemampuan mereka mendapatkan dan menggunakan informasi secara efektif dan etis. Untuk dapat melakukan itu, pustakawan harus memastikan bahwa dirinya sudah menjadi : information literate person (melek informasi).
Menurut American Library Association Presidential Committee on Information Literacy (January 10, 1989, Washington, D.C.):
information literate people are those who have learned to learn. They know how to learn because they know how knowledge is organized, how to find information and how to use information so that others can learn from them. They are people prepared for lifelong learning because they can always find the information needed for any task or decision at hand.
Coba resapi penjelasan di atas, dan coba bahasakan dengan bahasa yang dapat dimengerti diri sendiri. Jika pernyataan di atas tidak bicara apapun maka ada satu kemampuan Literasi Informasi yang belum dimiliki : kemampuan berbahasa Inggris. Hari gini pustakawan tidak mengerti Bahasa Inggris? Apa kata dunia? Maka, jadilah pustakawan yang Information Literate atau melek informasi.
Langkah Berikutnya Bagi Pustakawan?
Pertama, mulailah proses menjadi pustakawan yang melek informasi. Karena pada dasarnya Melek informasi adalah karakteristik seorang pustakawan, jadi, seorang pustakawan pasti melek informasi. Pahami Literasi Informasi dan identifikasi kemampuan dari Literasi Informasi yang belum terasah. Selagi mengasah kemampuan, beranikan diri untuk memulai program Literasi Informasi bagi pemustaka.
Melayani layanan rujukan. Menolong pemustaka yang kelihatan bingung.
Menjelaskan tentang perpustakaan kepada pemustaka tamu.
Diskusi internal atau pribadi dengan rekan.
Bincang santai dengan mahasiswa tenaga paruh waktu di Perpustakaan.
Semua kesempatan itu dapat digunakan untuk membagikan tentang Literasi Informasi.
Jika akan memulai suatu program Literasi Informasi yang cukup serius di Perpustakaan. Berikut beberapa langkah sederhana untuk memulainya:
1.Evaluasi profil kebutuhan informasi pemustaka
Apa masalah yang mereka hadapi? Apa kebutuhan informasi mereka? Lakukan observasi, kumpulkan data, analisis dan buatlah profil kebutuhan informasi dari pemustaka. Misalnya pemustaka kesulitan mendapatkan sumber informasi dari beragam sumber dan format. Pemustaka tidak menyadari bahwa informasi di Internet perlu evaluasi sebelum digunakan. Pemustaka banyak bergantung pada informasi dari BLOG dan Wikipedia. Pemustaka lebih cenderung menjadikan rekan sebagai sumber utama. Pemustaka tidak dapat memahami tugas kuliah mereka sehingga salah dalam membuat tugas.
2.Observasi kesempatan, fasilitas, dan wewenang
Perhatikan apa yang dimiliki perpustakaan: sarana, SDM, sumber informasi , alat, kesempatan, relasi, wewenang untuk membuat program Literasi Informasi. Jajaki segala kemungkinan berbekal hasil evaluasi profil pemustaka. Bicarakan dengan program studi, bicarakan dengan beberapa dosen. Ingat yang ditawarkan adalah bantuan. Terbukalah untuk segala bentuk program berdasarkan apa yang dimiliki.
3.Tentukan target : kelompok, kebutuhan informasi dan bentuk program
Dari sekian banyak jenis kebutuhan informasi pemustaka, tentukan mana yang paling mungkin untuk dilaksanakan. Pilihlah model informasi yang paling dipahami sebagai padanan dalam membuat program Literasi Informasi : materi yang diberikan, kemampuan yang dituju dan bentuk penyampaian serta bentuk program.
4.Merancang : braistorming, studi banding, dan draft proposal program
Lakukan studi banding melalui website perpustakaan-perpustakaan di dunia. Bicarakan dengan orang lain yang pernah melakukan. Buatlah proposal program yang berisi latar belakang, tujuan, target, materi, bentuk program, kebutuhan yang diperlukan, SDM dan hal lain yang menjelaskan tentang program.
5.Laksanakan dan lakukan evaluasi.
Penting sekali untuk memiliki kesempatan menjalankan program Literasi Informasi sehingga dapat merasakan sendiri excitement dari belajar melalui mengajar dan memberdayakan orang lain.
Selain kelas atau program literasi informasi yang bertatap muka dan penuh praktek, apalagi? Berbagilah pengetahuan tentang Literasi Informasi dan materi Literasi Informasi kepada pemustaka melalui media Internet. Gunakan situs perpustakaan, gunakan blog pribadi, gunakan Facebook, gunakan Delicious, gunakan Twitter, gunakan semua yang dapat menjangkau pemustaka. Berdayakan mereka dengan gaya apapun.
Pengalaman Perpustakaan UKDW dalam Program Literasi Informasi
Kesan 3 mahasiswa Teologi setelah mengikuti kelas Literasi Informasi sebanyak 4 pertemuan :
“R.A Elliarso: Dalam tiga pertemuan sebelumnya, saya mendapati bahwa saya belum sepenuhnya "melek informasi" (information literate). Ternyata ada begitu banyak "oase" informasi yang belum (pernah) saya kunjungi. Satu hal yang sangat mengesankan, bagi saya, adalah akses kepada situs "ebscohost". Dari beberapa jurnal yang saya baca, saya mendapatkan baik informasi maupun inspirasi yang sangat "mencerahkan" bagi perjalanan studi saya ke depan. Di samping itu, kini saya juga dapat dengan lebih efektif menggunakan search engine. Dengan advance search, saya dapat secara signifikan mempersempit "ranah" pencarian informasi saya......”
“R.Y Sengkey: Pada kuliah ini saya juga dapat mempelajari menggunakan informasi dari internet dengan lebih efektif, contohnya menggunakan google dengan lebih efektif ataupun cara menggunakan EBSCO. Saya juga dapat mengetahui dunia literasi informasi dalam internet secara lebih luas. Saya dapat mengetahui apa dibalik wiki-engine, ataupun saya dapat mengetahui mengenai keberadaan metasearch. Saya juga dapat menggunakan advanced search dalam google sehingga dapat mencari dengan lebih efektif. ”
“C.N.A Tama: Selama ini saya belajar mangenai dunia internet dengan cara otodidak dan spekulasi saja. Saya biasanya melihat orang lain yang sedang mengakses data, kemudian saya mencobanya sendiri. Yang terpenting adalah mengerti bahasa komputer. Namun dari pertemuan dan pelajaran yang diberikan, saya jadi malu sendiri dengan pengetahuan yang selama ini saya miliki. Ternyata tidak cukup hanya dengan mengandalkan "coba-coba", melainkan harus memahami apa itu literasi informasi. Di kelas ini saya belajar banyak hal tentang bagaimana cara efektif dalam mencari data ataupun berita dengan menggunakan search engine.....”
Empat pertemuan yang mereka ikuti adalah bagian dari matakuliah Bahasa Indonesia yang wajib mereka ambil. Kelas Literasi Informasi di Program studi Teologi disisipkan di matakuliah tersebut atas inisiatif Ketua Program Studi. Mengapa? Karena pada saat percobaan pertama, evaluasi yang diberikan oleh para mahasiswa positif. Para mahasiswa merasa mendapat bekal berupa kemampuan yang membuat dirinya berdaya menyelesaikan masalahnya.
Program Literasi Informasi yang lain diberikan kepada mahasiswa baru pasca sarjana Teologi. Program hanya 1 sesi sepanjang 3 jam yang terdiri dari : penggunaan fasilitas Intranet kampus dan penggunaan dan pemanfaatan jurnal online. Program singkat pengenalan seperti ini dirasa kurang efektif dan sangat kurang.
Materi literasi Informasi dapat disisipkan dalam perkuliahan jika diketahui ada matakuliah yang dapat disisipi. Misalnya matakuliah Bahasa Indonesia, matakuliah Metodologi Penelitian, dan matakuliah Pengenalan Teknologi Informasi. Bekerjasama dengan dosen- dosen lain merupakan kunci untuk bisa menjalankan program Literasi Informasi. Terkesan tidak terstruktur. Memang. Target utama adalah mahasiswa merasakan manfaatnya, dan mereka akan mempromosikannya dengan sendirinya. Hal tersebut akan menghasilkan permintaan atau kebutuhan.
“Mengompori” seorang dosen dari salah satu program studi tentang Literasi Informasi adalah hal baru yang dikerjakan. Lewat pembicaraan santai di makan siang pertemuan, mengiriminya slide tentang pentingnya Literasi Informasi di bidang ilmunya, menyatakan kesediaan untuk membantu mahasiswa-mahasiswanya, dan memberitahu modul-modul sederhana yang dapat mereka pakai adalah upaya-upaya untuk mempromosikan Literasi Informasi. Penting untuk menekankan kebutuhan informasi mereka terjawab. Karena itulah esensi dari Literasi Informasi.
Yang belum terjadi adalah kelas Literasi Informasi di Perpustakaan. Permintaan sudah ada, hanya sumber daya manusia yang tidak memungkinkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam menjalankan program Literasi Informasi adalah memiliki rekan untuk mengusahakan dan mewujudkan bersama.
Intinya.....
Banyak pemustaka yang perlu ditolong dalam kebingungan kebutuhan informasi, jangan hanya diam, pustakawan. Do something about it, please!
Sumber Informasi
ACRL, “Introduction to Information Literacy”. ACRL : Association of College and Research Libraries. (2010). [Web Page]. Tersedia Online : http://www.ala.org/ala/mgrps/divs/acrl/issues/infolit/overview/intro/index.cfm . Tgl akses 5 Mei 2010.
Bent, Moira.(2007) .“The Seven Pillars of Information Literacy Model”. SCONUL : Society of College, National and University Libraries. Tersedia online: http://www.sconul.ac.uk/groups/information_literacy/sp/model.html . Tgl Akses 8 Mei 2010.
Eisenberg, Mike.(2007). “What is the Big6?”. The Big 6.[Web page]. Tersedia online : http://www.big6.com/what-is-the-big6/ . Tgl akses 8 Mei 2010.
Lock, Selena. (2003). “Information Skills in Higher Education: A SCONUL Position Paper”. SCONUL: Society of College, National and University Libraries. [Web Page].Tersedia online : http://www.sconul.ac.uk/groups/information_literacy/sp/papers/Seven_pillars.html . Tgl akses 8 Mei 2010.
Vanday, Vilma G. (2006). “The Role of Libraries and Librarians in Information Literacy”. Regional Conference on Promoting Information Literacy for Lifelong Learning: PLAI-STRLC Conference and General Assembly, Batangas. [PowerPoint slides]. Tersedia online: http://www.slideshare.net. Tgl akses 7 Mei 2010.
Wijetunge, Pradeepa and U.P Alahakoon .(2005). “Empowering 8: the Information Literacy Model Developed in Sri Lanka to Underpin Changing Education Paradigms of Sri Lanka.” Sri Lanka Journal of Librarianship and Information Management. Vol 1, No1. Hal 31-41. Tersedia online : http://www.cmb.ac.lk/academic/institutes/nilis/reports/InformationLiteracy.pdf . 8 Mei 2010.
Dipresentasikan pada Seminar Literasi Informasi
Forum Pustakawan Universitas Gadjah Mada
di Perpustakaan Unit 1 lt 2 UGM
Yogyakarta 14 Mei 2010
4 comments:
selamat siang....
saya lagi mendapat kesulitan dlam mengerjakan tugas litersai informasi, saya mw mnta tolong nie...
bisa mnta tolong gak berikan dfinisi,indikator,tujuan dan evaluasi tentang model literasi informasi big 6,cshonul,empowering 8...
kirim aj ke feri_09@yahoo.com
trima kasih atas bntuanya....
Feri_09, sumber informasi yang saya gunakan pada posting dapat untuk menjawab sebagian dari pertanyaan seperti definisi, indikator dan tujuan. Sementara evaluasi itu perlu sumber informasi lain yang bicara dan pengalaman menggunakan model informasi literasi.
Kalau saya kirim, apa malah bukan saya yang berarti mengerjakan tugas Anda? Selamat berlatih menjadi orang yang berliterasi informasi. That's the point of your task.
Informasi yang menantang, dan sangat menarik. Juga lucu, ketika menyimaki dialog Anda dengan mahasiswa yang keblinger dengan meminta Anda untuk mengerjakan tugasnya itu :-).
Blog ini memang untuk pustakawan.Bahkan pustakawan yang ilmuwan. Alangkah baiknya juga disajikan tulisan yang berorientasi kepada pembaca/user yang bukan pustakawan, sehingga mereka menjadi lebih melek dalam menghayati dan menjalani kiprah hidupnya dengan panduan obor literasi informasi yang relevan. Semoga saya bisa ikut berbaris dalam kiprah yang user oriented itu. Salam.
Pak Bambang Haryanto
maaf, baru sempat memberi komentar. Terima kasih untuk apresiasinya. Blog ini memang untuk pustakawan, karena saya bermaksud memberikan semangat pada pustakawan melalui tulisan saya. Harapannya, ketika pustawakan merasa disemangati, mereka akan menjadi lebih baik dan otomatis pemustakanya akan merasakan layanan dan kinerja yang lebih baik.
Kapan-kapan kalau ada ide untuk pemustaka, saya akan tulis Pak. hehehe.. terima kasih.
Post a Comment